Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Dua tahun setelah operasi Taufan al-Aqsa, Israel menghadapi apa yang disebut oleh para analis sebagai “kekalahan yang tak dapat diperbaiki.” Selain kegagalan militer dan intelijen, kini guncangan itu menjalar ke sektor ekonomi, politik, dan sosial.
Pemimpin Revolusi Islam Iran, beberapa hari setelah operasi tersebut dimulai, telah menegaskan bahwa Israel mengalami kekalahan besar yang “tidak bisa diperbaiki.” Kini, dua tahun kemudian, pengakuan serupa datang bahkan dari media dan lembaga Barat: Israel tidak lagi seperti dulu.
Menurut laporan media, penutupan sebagian pelabuhan penting, anjloknya sektor pariwisata, migrasi terbalik warga Israel, dan jatuhnya nilai pasar Tel Aviv menjadi bukti nyata bahwa ekonomi negara pendudukan itu tengah menuju kehancuran.
Penulis asal Yaman, Muhammad Abdul Mu’min al-Syami, dalam analisisnya menulis bahwa setiap rudal yang ditembakkan dari Yaman ke arah pelabuhan Israel atau setiap ancaman di Laut Merah berarti kerugian langsung bagi pasar saham Tel Aviv, meningkatnya biaya asuransi dan pengiriman, serta menurunnya minat investor asing. “Ini adalah perang ekonomi senyap,” tulisnya, “yang perlahan mencekik rezim itu.”
Ia menambahkan, perlawanan kini tidak lagi hanya diukur dari jumlah serangan militer, tetapi dari kemampuan mengguncang fondasi ekonomi Israel. Menurutnya, Yaman telah mengubah Laut Merah menjadi arena konfrontasi ekonomi, dan serangan rudalnya memiliki dampak global yang nyata.
Sementara itu, Amerika Serikat terus menggelontorkan miliaran dolar bantuan militer dan finansial untuk menopang Israel. Namun, langkah ini disebut hanya sebagai “upaya mempertahankan rejim yang sedang sekarat.” Ketergantungan Israel terhadap dukungan eksternal kini menjadi beban bagi sekutunya dan risiko bagi pasar dunia.
Saat ini, ekonomi Israel berada dalam kondisi koma finansial permanen: utang membengkak, investasi asing hengkang, inflasi meningkat, dan pengangguran meluas. Setiap serangan baru dari Gaza atau Yaman semakin menggerus kepercayaan global terhadap stabilitas Israel.
Al-Syami menegaskan bahwa kebohongan propaganda Barat kini terbongkar: “Upaya penyelamatan Israel hanyalah cara untuk menunda keruntuhan yang pasti.” Ia menutup tulisannya dengan menyebut bahwa Yaman, bersama Poros Perlawanan, telah menulis babak baru dalam sejarah kawasan Arab — sebuah era di mana kekuasaan dan penjajahan tak lagi punya tempat, seberapa pun besar uang dan senjata yang dimiliki.
Your Comment